Oleh: Iskak Nugky Ismawan, Yanuar M Nur, dan Endri Martini
Begitu kita memasuki kota Pagar Alam yang berada di kaki Gunung Dempo, kita bisa meyakini bahwa kopi sudah menjadi sumber penghidupan masyarakat setempat sejak lama. Kebun-kebun kopi dengan mudah terlihat di sepanjang jalan yang dilalui, dari mulai tanaman kopi yang masih muda sampai yang sudah cukup tua. Selain tanaman kopi, ada juga tanaman lain yang fungsinya sebagai penaung tanaman kopi. Umumnya, tanaman penaung yang ditemukan adalah gamal yang memang sudah ditanam cukup lama, terlihat dari ukuran diameter kayu gamal yang cukup besar. Selain gamal, memang belum terlalu banyak jenis tanaman lainnya yang ditanam bersamaan dengan kopi.
Di Dempo Selatan, karet dijadikan sebagai tanaman penaung kopi. Di Dempo Utara dan Dempo Tengah, pada kebun kopi yang relatif muda umurnya ditemukan tanaman lain seperti kentang, bawang merah dan cabe rawit. Beragam tanaman lain yang ditanam di kebun kopi diharapkan dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi petani selain dari kopi, sehingga jika ada kegagalan panen kopi, maka masih ada jenis tanaman lainnya yang dapat menghidupi keluarga petani kopi.
Penambahan jenis tanaman di kebun kopi selain menambah penghasilan keluarga petani sebenarnya juga dapat membantu menciptakan suhu udara dan kelembapan di kebun yang dapat mendukung produksi kopi menjadi lebih baik. Pencampuran jenis-jenis tanaman tersebut juga dikenal dengan nama agroforestri atau kebun campuran.
Dalam penerapan agroforestri petani terkadang terkendala dengan pengetahuan dan pembuktian rancangan agroforestri yang dapat memberikan keuntungan ekonomi dan lingkungan. Kunci utama dalam pencampuran jenis-jenis tanaman tersebut adalah memahami karakteristik kebutuhan fisiologis dari tanaman inti (yaitu kopi), dan tanaman pendukungnya, yang terdiri dari tanaman berbentuk pohon dan tanaman semusim.
Untuk membuat model agroforestri yang cukup bisa memberikan keuntungan baik secara ekonomis maupun ekologis, proyek Empower membuat kebun contoh di Kecamatan Dempo Tengah dan Kecamatan Dempo Utara. Kebun contoh ini diharapkan dapat mewakili pilihan kebun agroforestri kopi yang cocok untuk dikembangkan di Pagar Alam. Berdasarkan pada pendapat petani di Pagar alam, tanaman bernilai ekonomis yang ingin dicampurkan dengan kopi adalah tanaman buah-buahan seperti durian, alpukat, petai, dan tanaman kayu-kayuan seperti sengon dan kayu bambang (Michelia champaca). Untuk menanam tanaman-tanaman tersebut di kebun kopi yang rata-rata sudah berumur >15 tahun, maka perlu ada teknik khusus yang dilakukan untuk pengaturan jarak tanamnya.
Sebelum membangun kebun agroforestri, proyek Empower memberikan pelatihan tentang cara merancang kebun agroforestri. Pelatihan diberikan sejak September 2018 kepada para pengiat kopi robusta di Pagar Alam. Setelah pelatihan dilakukan, pembangunan kebun contoh pun dimulai dengan mendiskusikan bentuk rancangan kebun kopi yang ingin dibangun bersama pemilik kebun.
Dari hasil diskusi perancangan kebun contoh bersama para pemilik kebun contoh yang terdiri dari tiga kebun contoh di Dempo Tengah dan satu kebun contoh di Dempo Utara, rata-rata petani pemilik kebun ingin mengkombinasikan pohon kopinya dengan tanaman buah-buahan. Hanya ada satu kebun contoh di Kelurahan Candi Jaya yang ingin mencampur tanaman kopinya dengan sengon dan kayu manis. Sementara, empat kebun contoh lainnya menanam jenis tanaman buah-buahan seperti petai, durian dan alpukat di kebun kopinya. Pembangunan kebun contoh ini baru berlangsung selama satu tahun sejak pertengahan tahun 2019.
Kesepakatan bersama pemilik kebun pun dituangkan dalam bentuk perjanjian antara proyek Empower dengan pemilik kebun tentang hal-hal yang perlu dilakukan oleh pemilik kebun dan bentuk dukungan dari proyek Empower dalam mengelola kebun kopinya, salah satunya adalah tidak menggunakan herbisida untuk menghilangkan rumput yang ada di kebun. Pembersihan tumbuhan pengganggu yang disarankan adalah dengan menyiangi secara manual ataupun menggunakan mesin. Hal ini tujuannya untuk mengurangi pengaruh penggunaan herbisida terhadap penurunan pH tanah yang saat ini terjadi di beberapa tempat di Pagar Alam. Selain itu, pemeliharaan lainnya yang perlu dilakukan adalah membuat rorak dan mengaplikasikan pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah dan kesegaran tanaman kopinya. Dukungan yang diberikan dari proyek Empower adalah menyediakan peralatan untuk menyiangi, bibit tanaman non kopi yang ingin ditanam di kebun contoh, pembangunan rumah kompos dan masukan-masukan terkait dengan pengelolaan kebun agroforestri kopi. Tim lapangan Empower memonitor kemajuan yang terjadi di masing-masing kebun contoh secara berkala.
Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh tim lapangan Empower, setelah hampir 1,5 tahun umur dari kebun contoh, pembelajaran yang bisa dipetik oleh masing-masing pemilik kebun terutama tentang penggunaan pupuk organik dan penghentian penggunaan herbisida, yang dianggap berkontribusi terhadap kesehatan tanaman. Penggunaan pupuk organik juga dinilai lebih hemat dengan memanfaatkan limbah dedak kulit kopi sebagai bahan material pupuk organik. Pupuk organik dedak kopi ini paling bagus jika diaplikasikan sebanyak 3 ember ukuran 5 liter di lubang rorak pada kebun kopi yang sudah berumur lebih dari 15 tahun. Jika kurang dari 3 ember, maka pengaruhnya tidak terlalu nyata terhadap produksi buah kopinya. Pengaruh lainnya yang terlihat dengan mengurangi penggunaan herbisida, adalah tanah menjadi lebih lembap sehingga baik untuk kesegaran tanaman kopi. Pengaruh lainnya dari penambahan jenis tanaman terhadap penghasilan keluarga belum terlalu dirasakan oleh pemilik kebun karena belum ada hasil yang bisa diperoleh dari tanaman-tanaman tersebut. Mereka berharap pada tahun keempat sudah bisa dihasilkan buah dari tanamantanaman non-kopi yang disisipkan di antara tanaman kopi.
Saat ini yang dapat belajar dari kebun contoh ini adalah pemilik kebun, karena belum banyak petani lain yang belajar dari kebun contoh yang baru berumur 1,5 tahun ini. Hanya ada 1 petani di Kelurahan Candi Jaya yang sudah mulai mencontoh bentuk pemeliharaan seperti yang diterapkan di kebun contoh yang dibangun di kelurahan tersebut. Petani lain belum mencontoh karena belum melihat perubahan produksi kopi, juga pendapatan dari perbaikan kebun contoh yang dilakukan. Ternyata 1,5 tahun belum bisa membuktikan banyak dari kebun contoh agroforestri, hal ini karena tanaman pepohonan agroforestri yang menjadi komoditas utama membutuhkan setidaknya 3-4 tahun sebelum bisa mulai dipanen. Harapannya, dalam 2 tahun ke depan sudah bisa lebih banyak pembelajaran diperoleh dari kebun contoh ini, serta bisa diterapkan di kebun-kebun kopi lainnya di Pagar Alam.
Comments are closed