Bisakah Komoditas Berbasis Pohon Menjadi Pilihan Bagi Petani Buol?

Oleh: Sidiq Pambudi, Betha Lusiana, Subekti Rahayu

Selain sebagai penunjang kebutuhan ekonomi dan sosial budaya, pepohonan di lahan budi daya juga memberikan manfaat berupa jasa lingkungan seperti menahan laju air dan erosi, menjaga kualitas tanah, serta mengatur kondisi iklim mikro. Bahkan, beraneka jenis pepohonan mampu mengalihkan konsentrasi serangan hama dan penyakit tanaman tertentu atau menjadi penghalang penyebarannya. Dengan menerapkan praktik agroforestri berupa penanaman berbagai jenis pepohonan maka petani penggarap lahan memiliki andil dalam mempertahankan keseimbangan keanekaragaman hayati di lahan pertanian atau dikenal sebagai agrobiodiversitas. Sebuah studi mengenai agrobiodiversitas dilakukan pada tahun 2017 untuk melihat melihat profil lahan garapan petani pada tingkat tapak, khususnya mengenai jenis tanaman yang ditanam. Survei keanekaragaman hayati jenis pepohonan dilakukan pada 80 unit lahan milik 21 petani di delapan desa di Kabupaten Buol. Selain inventarisasi jenis tumbuhan pada masing-masing unit lahan, wawancara juga dilakukan pada petani pemilik atau penggarap lahan untuk mengetahui pemanfaatan masing-masing jenis dan cara tumbuhan tersebut, keberadaannya di lahan (sengaja ditanam atau tumbuh alami) serta asal-usul bibitnya.

Tipe penggunaan lahan dari ke 80 unit lahan yang diamati dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kebun campur kompleks jika dalam petak contoh pada unit lahan ditemukan lebih dari lima jenis pohon dengan luas bidang dasar pohon lebih dari 80%; (2) kebun campur sederhana jika ditemukan kurang dari lima jenis pohon; (3) ladang tanaman semusim; (4) sawah; dan (5) lahan bera.

Pohon sebagai penunjang kebutuhan ekonomi
Dari total unit lahan yang diinventarisasi, tercatat sebanyak 83 jenis pohon, baik yang ditanam dengan tujuan komersil (komoditas) maupun yang tumbuh liar. Umumnya petani menjadikan kebun campur (kompleks dan sederhana) untuk menanam pohonpohon komersil. Berbagai jenis pohon liar yang tumbuh di kebun campur tidak banyak dimanfaatkan dan tidak dirawat secara intensif. Jenis tumbuhan lain yang tumbuh secara alami seperti jambu batu, langsat, papaya dan jenis pohon penghasil buah lokal lainnya masih sebatas untuk konsumsi sendiri, sehingga tidak dirawat secara intensif. Penjualan hanya dilakukan jika hasil panen cukup banyak atau ada pedagang yang datang membeli. Jenis buahbuahan lokal yang tumbuh secara alami di lahan sebenarnya adalah potensi dari hasil kebun yang dapat dipasarkan sebagai pendukung ekonomi keluarga ketika produksi atau harga komoditas utama seperti kakao dan cengkeh menurun. Potensi pengembangan jenis-jenis lokal dapat meningkatkan diversifikasi komoditas kebun sehingga petani tidak hanya bergantung pada satu atau dua jenis tanaman.

Di lahan masyarakat, petani di Buol umumnya menanam jenis komoditas berbasis pohon untuk kebutuhan ekonomi. Kakao dan cengkeh adalah jenis tanaman komoditas berbasis pohon yang dibudidayakan dalam jumlah banyak. Budidaya kakao cukup tersebar di berbagai lokasi, sementara cengkeh dan pala dibudidayakan oleh sebagian masyarakat di kawasan pesisir. Sementara jenis pohon penghasil kayu belum banyak dilirik petani. Petani menanam jati di lahannya hanya sebagai cadangan bahan bangunan, bukan bertujuan untuk dijadikan komoditas yang dapat dijual. Untuk mendorongbudidaya pohon penghasil kayu, saat ini pemerintah mulai menggalakkan penanaman pohon jenis lokal dengan memberikan bantuan bibit kayu nantu (Palaquium sp.).

Kakao sebagai komoditas berbasis pohon terpopuler
Kakao (Theobroma cacao) adalah jenis paling umum dibudidayakan di Buol. Dari 80 unit lahan yang disurvei, 35 unit lahan milik 19 petani ditanami kakao. Kakao populer di kalangan petani karena mudah dijual dan saat ini nilai jualnya relatif stabil. Budidaya kakao di Buol berasal dari program pemerintah tahun 1980 -1990-an dan Gerakan Nasional (Gernas) Kakao tahun 2009-2012 berupa pembagian bibit. Sayangnya, sampai saat ini masih banyak petani yang belum menerapkan cara bercocok tanam kakao secara tepat karena terbatasnya pengetahuan dan penyuluhan. Perawatan tanaman seperti pemangkasan ranting belum diterapkan, sehingga tajuk menjadi sangat rimbun dan menciptakan iklim mikro lembap yang menyebabkan tanaman rentan terhadap hama dan penyakit. Ancaman terhadap hama dan penyakit menjadi penyebab tidak stabilnya produksi kakao di Buol.

Asal sumber benih sebagai modal awal pertumbuhan tanaman
Meskipun komoditas bernilai ekonomi seperti kakao dan cengkeh masih menjadi pilihan masyarakat, keduanya masih menemui kendala. Selain keterbatasan pengetahuan dalam penerapan praktik budidayanya, ketersediaan bibit berkualitas juga menjadi penyebab rendahnya produktivitas kakao dan cengkeh. Sebagian besar bibit komoditas utama yang dibudidayakan petani di Buol berasal dari bantuan pemerintah dan lembaga non-pemerintah melalui program-program yang pernah dijalankan sebelumnya. Sebagian lainnya diperoleh dari petani lain atau kerabat, tumbuh secara alami, membeli dari luar kota atau membuat bibit sendiri. Ketergantungan masyarakat terhadap benih dari luar masih termasuk tinggi.

Ketergantungan petani terhadap sumber bibit dari pihak luar berupa bantuan dapat menjadi hambatan dalam peremajaan tanaman. Apalagi tanaman kakao di Buol umumnya sudah berumur tua dan perlu diremajakan untuk meningkatkan produksi. Alihalih melakukan peremajaan tanaman, beberapa petani justru mengganti komoditas kakao dengan tanaman semusim karena serangan hama dan penyakit. Belum lagi, rendahnya kualitas bibit komoditas lain yang tumbuh alami di lahan masyarakat yang berakibat pada rendahnya kualitas produksi. Di lain pihak, penanaman komoditas tertentu secara masal menyebabkan harga sangat rendah ketika panen tiba, seperti yang terjadi pada rambutan dan nilam.

Perlu dukungan dari berbagai pihak

Proporsi pemanfaatan pohon di masing-masing lahan garapan. Persentase menggambarkan proporsi pemanfaatan produk dari seluruh pohon di setiap lahan yang disurvey.
Proporsi asal usul sumber bibit komoditas pohon yang terdapat di lahan garapan. Persentase menggambarkan proporsi asal usul sumber bibit dari seluruh komoditas pohon di setiap lahan yang disurvey


Keinginan dan motivasi petani untuk mengembangkan komoditas berbasis pohon perlu dipertahankan melalui dukungan oleh pemerintah maupun pihak lain. Hal-hal teknis seperti penyediaan layanan pendampingan hingga kini dirasa masih perlu ditingkatkan karena keterbatasan petani dalam mengakses informasi tentang penyediaan bibit, pengelolaan kebun, dan perawatan tanaman. Dukungan yang diberikan diharapkan dapat berdampak terhadap perbaikan pengelolaan lahan, peningkatan pendapatan dan keragaman jenis tanaman yang dibudidayakan dapat menurunkan ketergantungan terhadap hanya satu atau dua komoditas sebagai sumber penghidupan petani.

World Agroforestry Centre (ICRAF) melalui program Smart-Tree Invest telah memberikan dukungan kepada petani di Kabupaten Buol yang mewakili daerah hulu, tengah dan hilir. Dukungan diberikan dari pembentukan kelompok tani, pengembangan kapasitas teknis kelompok tani dengan cara memberikan pelatihan pembuatan kompos, pembibitan dan pemeliharaan komoditas utama dan komoditas pendukung lainnya, terutama jenis tanaman pohon penghasil buahbuahan. “Sebelum ada program kelompok belajar berkebun saya tidak memiliki inisiatif untuk menanam tanaman keras, tetapi setelah bergabung dengan kelompok tani saya mulai mencoba membuat pupuk kandang dan mengetahui teknik membibitkan tanaman pepohonan, lalu saya mengajak petani lain untuk mencoba”, ujar Nursal, salah satu petani responden. Keberadaan kelompok tani juga dapat membantu memasarkan hasil kebun yang dilakukan secara kolektif. Dukungan dari pihak pemerintah setempat sangat penting mulai dari pengembangan kelompok tani dan kapasitasnya sehingga perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pertanian dapat dilakukan secara terorganisir. Perencanaan budidaya berupa pengaturan sebarang jenis tanaman yang dibudidayakan dapat dilakukan oleh masyarakat dalam kelompok tani. Demikian pula dalam penyediaan bibit berkualitas, pemeliharaan tanaman dan pemasaran hasil.

CATEGORIES:

Uncategorized

Comments are closed

Pencarian

Bagikan