Oleh: Endri Martini dan Sarah Novitasari
Empower, adalah sebuah kegiatan peningkatan kapasitas yang memfokuskan pada peningkatan pengetahuan dan kapasitas petani kopi robusta di Pagar Alam, Sumatra Selatan, agar dapat meningkatkan penghidupannya melalui produksi kopi dan hasil pertanian lainnya yang ditanam di kebun kopi campur atau agroforestri kopi yang dimilikinya. Sesuai dengan artinya, Empower bertujuan untuk memperkuat petani kopi robusta Pagar Alam agar bisa bertahan memproduksi kopinya walaupun diterpa oleh beragam kondisi mulai dari iklim yang terkadang semakin tidak ramah dan menurunkan jumlah kopi yang bisa dipanen, hama penyakit yang semakin meningkat dengan adanya perubahan iklim, kondisi tanaman yang sudah cukup tua, dan persaingan dengan penggunaan lahan lainnya yang lebih menguntungkan secara ekonomi.
Agroforestri dinilai sebagai salah satu sistem kebun yang memungkinkan petani kopi untuk cukup kuat bertahan dari berbagai tekanan. Secara turuntemurun agroforestri sudah diterapkan di Pagar Alam, hanya saja dengan sistem agroforestri yang cukup sederhana terutama karena keterbatasan pengetahuan tentang jenis-jenis yang bisa dipadupadankan dengan kopi dan pengaturan jarak tanamnya. Hal tersebut kemudian menjadi fokus kegiatan Empower dalam 2 tahun terakhir.
Kegiatan pelatihan tentang agroforestri kopi diawali pada September 2018, melalui pelatihan untuk pelatih yang terlibat di Empower. Sejak Juli 2019, para pelatih yang sudah mendapat pelatihan tersebut mulai melakukan pelatihan ke petani lainnya di empat kelurahan yang tersebar di Kecamatan Dempo Tengah dan Dempo Utara. Secara kasat mata, dalam jangka waktu dua tahun setelah pelatihan, belum terlihat perubahan di tingkat bentang alam, tapi sudah mulai ada jejak Empower yang mulai terbangun. Jejak tersebut adalah pengetahuan dan perubahan perilaku sekitar 400 petani di Pagar Alam, terutama tentang manfaat, prinsip-prinsip penerapan agroforestri dan pembibitan tanaman unggul. Akses petani ke bibit termasuk salah satu yang cukup menentukan jenis agroforestri yang akan dikembangkan di suatu daerah.
Jejak Empower ini kemudian dievaluasi lebih detail pada bulan November 2020 melalui survei yang dilakukan pada petani Empower sebanyak 30 orang di Dempo Tengah dan 30 orang di Dempo Utara. Hasil survei menemukan bahwa pembibitan merupakan jejak nyata dari dampak kegiatan yang dilakukan oleh proyek Empower.
Pembibitan sebagai jejak nyata
Dalam perbaikan kebun agroforestri, kegiatan yang biasanya banyak dilakukan adalah perubahan pengaturan jarak tanam; akan tetapi dalam kasus di Pagar Alam, untuk mengatur jarak tanam pada kebun kopi yang saat ini sudah ada dan berumur lebih dari 10 tahun akan memerlukan cukup banyak pengorbanan dan para petani masih belum siap untuk melakukannya. Oleh karena itu petani Pagar Alam memilih untuk berinvestasi pada bibit tanaman buah-buahan yang nantinya akan ditanam sebagai penaung kopi dan diharapkan tanaman buah-buahan akan menghasilkan buah yang dapat dijual untuk menambah penghasilan keluarga.
Bibit merupakan investasi penting dalam kegiatan pertanian, terutama untuk tanaman perkebunan yang baru bisa dipanen dalam jangka waktu minimal 3 tahun. Jika bibit yang digunakan tidak cukup baik, maka hasilnya baru bisa diketahui 3-5 tahun setelah tanam. Sehingga, untuk tanaman perkebunan dan buah-buahan, menanam bibit unggul menjadi yang utama. Hal ini dipahami cukup baik oleh para petani di Pagar Alam, dan terlihat ketika diperkenalkan teknik perbanyakan vegetatif untuk menghasilkan bibit unggul, mereka cukup antusias untuk mempelajarinya.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 60 petani Empower, dalam kurun waktu yang terbilang cukup singkat yaitu satu tahun, 35 orang (58%) sudah berubah dari menggunakan bibit sembarangan menjadi menggunakan bibit unggul buah-buahan yang dihasilkan dari pembibitan, dan 27 orang (44%) sudah menggunakan bibit unggul kopi (Gambar 1).
Perubahan lain yang terjadi adalah 11 orang sudah berubah menjadi menggunakan pupuk organik, 8 orang mulai menjemur kopinya di para-para, 1 orang menjemur kopi di rumah penjemuran kopi yang dibuat dengan dana mandiri. Sementara, perubahan perilaku dalam penggunaan herbisida masih sedikit terjadi karena pertumbuhan gulma yang cukup cepat sehingga petani masih sangat tergantung dengan herbisida. Mereka menggunakan herbisida 3-4 kali dalam setahun.
Harapan jejak-jejak Empower lainnya dalam 1 tahun mendatang
Untuk satu tahun mendatang, petani masih mengharapkan kegiatan Empower masih berlanjut, terutama dalam memfokuskan pada kegiatan pembibitan, pembuatan dan aplikasi pupuk organik, dan pemasaran. Terkait pembibitan, tetap ingin ada peningkatan jumlah bibit unggul yang dapat diproduksi; untuk itu akan membutuhkan kebun pohon induk yang akan menjadi sumber batang atas tanaman yang berkualitas. Sedangkan untuk aplikasi pupuk organik, diharapkan akan ditemukan formula pupuk organik yang terbukti dapat meningkatkan produksi kopi dengan cukup baik.
Jejak pembibitan maupun pupuk organik sebetulnya sudah terlihat pada kegiatan Empower dalam dua tahun terakhir, namun yang belum terlihat jejaknya adalah kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran yang diharapkan oleh petani tidak hanya pemasaran kopi, tetapi juga pemasaran bibit yang diproduksi dan buah-buahan yang dihasilkan dari kebun agroforestri kopi. Kolaborasi dengan berbagai pihak akan dibangun untuk dapat mendukung peningkatan kapasitas petani dalam melakukan strategi pemasaran kopi asalan, kopi petik merah, bibit unggul dan pupuk organik. Oleh karena itu, pemasaran diharapkan menjadi jejak Empower berikutnya, yang dapat membawa petani Pagar Alam ke tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Tingkat kesejahteraan tersebut juga diharapkan dapat tercipta melalui pelibatan perempuan dalam kegiatan pelatihan yang dilaksanakan Empower.
Comments are closed