Forum SIG Aceh Barat

Walaupun belum resmi terbentuk karena masih menunggu pengesahan lewat SK Bupati, Forum SIG (Sistem Informasi Geografis) Aceh Barat sudah memiliki kapasitas yang memadai untuk memulai tugasnya. Tugas yang akan diemban antara lain meliputi penyusunan basis data spasial Kabupaten Aceh Barat yang akan digunakan untuk memberi dukungan terhadap proses perencanaan tata ruang di kabupaten tersebut.

Forum terdiri dari 20 anggota yang berasal dari berbagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di Kabupaten Aceh Barat. Keterwakilan berbagai SKPD dalam Forum juga dinilai sangat positif mengingat perlunya integrasi data spasial antar berbagai institusi pemerintahan. Forum diharapkan berperan sebagai pusat manajemen data.

Permasalahan manajemen data seperti itulah yang menjadi titik awal pelatihan perencanaan wilayah yang diselenggarakan sebagai jawaban atas permintaan PEMDA Aceh Barat kepada ICRAF. Pertengahan 2007 lalu, dua staf ICRAF – Dr. Laxman Joshi dan Dr. Sonya Dewi – mengadakan pertemuan dengan Kepala BAPPEDA dan Wakil Bupati Aceh Barat. Dalam pertemuan tersebut, tercetus keinginan PEMDA untuk dibantu meningkatkan kapasitas stafnya dalam hal perencanaan wilayah.

“Formalisasi sebuah forum penyedia data spasial bagi perencanaan wilayah mungkin baru pertama kalinya di Indonesia. Kapasitas dari segi perangkat keras (hardware) pun sudah tersedia dengan adanya laboratorium SIG di Kantor BAPPEDA yang dibangun dengan bantuan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh. Pada awalnya, gagasan pembentukan forum ini muncul dari diskusi dengan peserta pelatihan tentang sistem informasi geografis yang kami adakan di Meulaboh,” jelas Andree Ekadinata dari World Agroforestry Centre (ICRAF).

Pelatihan yang dimaksud Andree adalah pelatihan tiga seri yang merupakan bagian dari aktivitas ReGRIN, dengan tujuan untuk membangun kapasitas sumber daya manusia dalam aspek perencanaan wilayah melalui penggunaan aplikasi sistem informasi geografis. ReGRIN sendiri, adalah sebuah kegiatan penelitian ICRAF di Aceh Barat yang bertujuan mengembangkan berbagai jenis pohon bernilai ekonomi tinggi yang mampu bertahan dari bencana seperti tsunami.

Pelatihan seri pertama pada bulan November 2007, memperkenalkan dan membahas sistem informasi geografis pada 20 orang peserta dari berbagai instansi pemerintah yang sebagian besar masih belum mengenal SIG. Selanjutnya, pada bulan Mei 2008, diadakan pelatihan seri kedua tentang penginderaan jauh. Pelatihan seri terakhir dilakukan pada bulan Juli 2008 dengan pokok bahasan analisa spasial untuk perencanaan wilayah. Untuk semua pelatihan tersebut, ICRAF menyiapkan modul pelatihan dalam bahasa Indonesia.

Secara umum, sasaran pelatihan adalah agar peserta menguasai teknik pembuatan, pemrosesan, analisa, interpretasi dan pengelolaan data-data spasial. Salah satu sisi yang menarik dari pelatihan ini adalah perangkat lunak yang digunakannya. Para peserta dilatih untuk menggunakan sofware ILWIS, sebuah sofware SIG open source yang tersedia secara gratis.

“Perangkat lunak open source, banyak memberikan kemudahan. Terutama dari sisi biaya dan lisensinya. Tidak akan semudah itu bila mengunakan perangkat lunak komersil yang harganya cukup mahal dengan lisensi terbatas satu perangkat komputer saja. Bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan kalau menggunakan perangkat lunak komersial bagi 20 orang anggota Forum? Dengan menggunakan perangkat lunak open source, kita juga terhindar dari perilaku pembajakan,” papar Andree.

Sepanjang penyelenggaraan pelatihan, ICRAF bekerjasama dengan para peserta dan unsur-unsur pemerintah daerah Aceh Barat dari berbagai SKPD. Para peserta terlibat langsung dalam persiapan pelatihan dan pengaturan logistik.

Syahril, Kepala Bidang Perekonomian dan Litbang BAPPEDA, dalam sambutannya pada penutupan seri pelatihan Sistem Informasi Geografis, mengemukakan harapan bahwa Forum ini dapat membantu pemerintah kabupaten dalam berbagai tugas yang berkaitan dengan perencanaan wilayah di berbagai bidang , diantaranya: rencana tata ruang, pengembangan pertanian dan pembangunan fasilitas layanan publik.

Bagi ICRAF, terlaksananya pelatihan yang mampu melahirkan Forum SIG merupakan sebuah pelajaran berharga. “Pelatihan akan sukses bila didasarkan pada kebutuhan nyata peserta. Keterlibatan mereka dalam persiapan dan pelaksanaan juga sangat penting.”

Pembentukan Forum GIS yang murni didasarkan pada gagasan pemerintah daerah Aceh Barat merupakan contoh yang sangat baik. Peserta membuat sendiri proposal pembangunan Laboratorium SIG dan menghubungi BRR. ICRAF membantu permasalahan teknis mengenai seluk beluk peralatan dan perangkat yang diperlukan untuk meabangun fasilitas tersebut. Pengajuan pengesahan Forum melalui SK Bupati juga atas inisiatif para peserta.

CATEGORIES:

Uncategorized

Tags:

Comments are closed

Pencarian

Bagikan