Membangun Masa Depan dengan Pupuk Organik

Oleh: Iskak Nugky Ismawan dan Boby Berlinsyah

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan alami, berupa kotoran ternak, sampah, dan sisa makanan yang diproses dengan cara difermentasikan untuk mengurai kandungan nutrisinya agar dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Menggunakan pupuk organik dalam dunia pertanian dan perkebunan berdampak positif bagi lingkungan. Selain untuk menyuburkan tanah, dalam jangka panjang pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan ekosistem di dalam tanah. Selain itu, penggunaan pupuk organik lebih hemat dibandingkan dengan pupuk kimia.

Apabila dibandingkan dengan pupuk kimia, nutrisi (unsur hara) pada pupuk organik lebih lambat diserap oleh tanaman, sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan tanaman kemungkinan relatif lambat bila dibandingkan dengan pupuk kimia. Sementara pupuk kimia lebih cepat tersedia dan diserap oleh tanaman, dan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan justru dapat mematikan tanaman. Dalam jangka panjang, penggunaan pupuk kimia dapat menyebabkan perubahan pH tanah yang mempengaruhi mikro-organisme di dalam tanah, juga dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah. Berdasarkan perbandingan tersebut, maka pemakaian pupuk organik lebih dianjurkan.

Pupuk organik dapat dibuat sendiri oleh para petani dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitarnya, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk. Proyek Empower, telah memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik kepada para petani kopi di Pagar Alam, Sumatera Selatan dalam rangka menyebarluaskan pengetahuan dan meningkatkan kapasitas petani.

Dari hasil pelatihan pembuatan pupuk organik tersebut, masyarakat di Pagar Alam mulai melakukan aplikasi pupuk organik di kebun kopinya dalam bentuk kompos. Kompos dibuat dengan memanfaatkan dedak kopi dari hasil panen kopi, sehingga pembuatan pupuk kompos banyak dilakukan setelah musim panen. Aplikasi pupuk kompos oleh petani kopi di Pagar Alam menunjukkan bahwa telah ada perubahan perilaku masyarakat yang sebelumnya sangat tergantung pada pupuk kimia. Perubahan dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik melewati jalan yang panjang dan memerlukan bukti berupa contoh keberhasilan.

Bukti tersebut diberikan juga oleh Proyek Empower sejak tahun 2018 berupa pendampingan dan fasilitasi kepada petani kopi di Dempo Tengah dan Dempo Utara untuk mencoba menggunakan pupuk organik.

Kegiatan pendampingan petani kopi untuk memproduksi pupuk organik
Merubah perilaku masyarakat untuk beralih dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk organik memerlukan pendampingan dan fasilitasi kepada para petani, maka sejak tahun 2018, Proyek Empower memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani kopi di dua kecamatan di Kota Pagar Alam, yaitu Kecamatan Dempo Tengah dan Dempo Utara. Salah satu kegiatan pelatihan dan pendampingan adalah dengan memperkenalkan teknik memproduksi pupuk organik dan memfasilitasi petani untuk mencoba membuat serta mengaplikasikan pupuk organik yang dibuatnya.

Pelatihan dalam memproduksi pupuk organik mencakup tiga hal, yaitu: 1. produksi Mikro Organisme Lokal (MOL) yang berfungsi sebagai pengurai bahan organik dalam proses fermentasi, 2. pupuk kompos, dan 3. pupuk organik cair. Pembuatan pupuk organik dilakukan dengan memanfaatkan dedak kopi sebagai bahan baku, karena dedak kopi mengandung nutrisi Phosphor (P) dan Kalium (K) yang diperlukan dalam proses produksi pada tanaman kopi. Pupuk organik yang telah dibuat oleh petani selanjutnya diaplikasikan ke kebun kopi dan kebun sayuran.

Hingga September 2020, di Dempo Utara dan Dempo Tengah, sudah ada 30 lokasi yang memproduksi pupuk organik. Namun, sampai dengan saat ini petani belum menjual pupuk organik yang dihasilkan karena belum ada peluang pasar. Pupuk organik yang mereka produksi masih dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri. Sebagian besar (80%) petani yang memproduksi pupuk organik, lebih suka membuat pupuk organik cair karena lebih mudah dan tidak memerlukan tempat yang luas. Sementara, 10% petani yang lain lebih suka membuat pupuk kompos dengan memanfaatkan limbah dedak kopi pada musim panen kopi, seperti yang dilakukan oleh Pak Jon Fikiri dari Dempo Tengah yang hingga saat ini telah memproduksi kompos hingga 6 ton.

Berdasarkan hasil diskusi dengan petani binaan Empower yang telah menerapkan pupuk organik, menyatakan bahwa pupuk organik berbahan dasar dedak kopi berdampak positif pada tanaman kopi yang sudah produktif. Fisik tanaman kopi menjadi lebih segar, daunnya lebih hijau mengkilap, dan pertumbuhan tunas kopi juga lebih sehat.

Pendapatan dari produksi MOL: kisah dari Dempo Tengah
Kalau di Dempo Utara dan Dempo Selatan pupuk organik belum memiliki peluang pasar, di Dempo Tengah, petani yang memproduksi MOL sudah berhasil memasarkan produknya.

Pak Sarbini, 38 tahun, dari Kelurahan Candi Jaya, Kecamatan Dempo Tengah, adalah salah satu petani peserta pelatihan pembuatan pupuk organik yang dilakukan oleh Proyek Empower. Setelah mengikuti pelatihan, beliau melihat potensi untuk memproduksi MOL demi mendukung pembuatan pupuk organik. Alasan utama Pak Sarbini memproduksi MOL karena MOL yang biasa dibeli dengan nama dagang EM4 susah didapat oleh petani-petani di Kelurahan Candi Jaya yang berada di daerah pegunungan dan jauh dari kota Pagar Alam.

MOL buatan Pak Sarbini digemari oleh para petani sayuran yang ada di wilayahnya karena dapat digunakan untuk membuat pupuk organik cair yang jika disemprotkan ke tanaman maka akan tumbuh subur. Sebelum dipasarkan, Pak Sarbini mencoba terlebih dahulu pupuk organik cair yang dibuatnya untuk memupuk tanaman sayuran dan kopi. Terbukti tanaman sayurannya tumbuh subur, juga tanaman kopi yang awalnya meranggas dan daunnya menguning, dua bulan setelah disemprot pupuk organik cair mulai tumbuh ranting dan cabang, serta daunnyapun lebih hijau dan segar.

Meskipun awalnya MOL yang diproduksi oleh Pak Sarbini hanya dibagi-bagikan ke sesama petani, namun ketika cukup banyak yang berminat, Pak Sarbini berinisiatif menjual MOL hasil produksinya dengan harga Rp10.000 per liter. Harga ini lebih murah dibandingkan dengan membeli EM4 seharga Rp 25.000. Hingga akhir tahun 2019, Pak Sarbini sudah menjual 700 liter MOL atau senilai Rp7.000.000 untuk menambah penghasilan keluarganya.

Pupuk organik untuk masa depan petani kopi
Penggunaan pupuk organik pada lahan pertanian dan perkebunan memberikan manfaat ganda bagi petani, berupa manfaat ekonomi dan ekologi. Manfaat ekonomi yang diperoleh dengan menerapkan pupuk organik antara lain:

  1. Pengurangan pengeluaran biaya untuk membeli pupuk kimia. Pada umumnya, petani kopi menggunakan pupuk pabrikan sekitar 4 karung NPK dan 2 karung Urea per hektar dengan biaya sebesar Rp1.050.000 per tahun. Dengan menggunakan pupuk organik berupa kompos, petani hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp480.000 untuk membeli EM4, gula merah dan terpal.
  2. Sumber pendapatan baru bagi petani. Petani yang memproduksi dan menjual pupuk organik dapat menciptakan sumber pendapatan tambahan.
  3. Mendukung daya jual kopi melalui sertifikasi organik. Petani kopi yang menggunakan pupuk organik dapat mengajukan sertifikasi organik. Melalui proses sertifikasi ini harapannya petani akan mendapatkan nilai tambah dari penjualan kopi organik dan di sisi lain, konsumen yang menikmati kopi organik menjadi lebih sehat. Meskipun demikian, diperlukan pendampingan dalam mengurus sertifikat organik tersebut, karena memerlukan persyaratan-persyaratan dan melalui berbagai tahapan.
  4. Mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia yang dalam jangka panjang akan menyebabkan gangguan ekosistem di dalam tanah.
Pertumbuhan pohon yang lebih baik setelah diberikan pupuk organik. (Foto: Nedcoffee/Tizen Pahri)

Membangun kesadaran masyarakat untuk menggunakan bahan organik bukan sesuatu yang mudah, karena petani perlu bukti nyata. Oleh karena itu, perlu campur tangan pemerintah maupun pihak-pihak lainnya dalam bentuk pendampingan petani melalui pelatihan, memberikan brosur berupa informasi dan buku panduan untuk meningkatkan kapasitas petani. Fasilitas dan bantuan tersebut akan menjadi modal pengetahuan sehingga lebih memotivasi petani dalam membuat dan mengaplikasikan pupuk organik. Selain dukungan peningkatan kapasiatas dan fasilitas, pemerintah daerah dan pihak-pihak lainnya dapat memberikan dukungan untuk memasyarakatkan penggunaan pupuk organik dalam budidaya tanaman kopi dan tanaman lainnya. Dengan demikian, diharapkan akan ada peningkatan produksi kopi dan tanaman lainnya yang berdampak pada masa depan petani yang lebih baik.

a) Proses pembuatan kompos di Dempo Tengah, Pagar Alam. b) Pembuatan Pupuk Cair Organik.
(Foto: Nedcoffee/Boby Berlinsyah)

CATEGORIES:

Uncategorized

Comments are closed

Pencarian

Bagikan