Mengenal Dr Ujjwal P. Pradhan

Tiga belas tahun bekerja di Ford Foundation bukanlah waktu yang pendek bagi Dr. Ujjwal P. Pradhan, pria berkebangsaan Nepal yang akrab disapa Pak Ujjwal. Berbagai pengalaman telah ia peroleh selama bekerja sebagai Program Officer bidang Pengembangan dan Kebijakan Semberdaya Air di New Delhi (6 tahun) dan sebagai Program Officer bidang Lingkungan dan Pembangunan di Jakarta (7 tahun). Awal Desember 2008 ini, Pak Ujjwal akan memulai aktifitas barunya sebagai Regional Coordinator ICRAF Asia Tenggara. Pak Ujjwal memperoleh gelar doktor pada tahun 1989 dari Cornell University, Itacha, New York dalam bidang Sosiologi Pembangunan dengan disertasi tentang “Hak milik dan intervensi negara dalam sistem irigasi di Nepal”. Di sela-sela kesibukannya, ia masih menyisihkan waktunya untuk menjadi editor sebuah buku terbitan Sage Publication (2005) berjudul “Asian Irrigation in Transition: Responding to Challenges”

Menurut Bapak, apakah sumbangan ICRAF bagi Indonesia Indonesia selama ini?
ICRAF telah banyak melakukan penelitian agroforestri, merintis penerapan skema jasa lingkungan, dan mengenalkan berbagai pendekatan pengelolaan lahan serta pohon. Selain itu, upaya yang dilakukan ICRAF dalam mempromosikan sistem pendukung negosiasi untuk menyelesaikan konflik mengenai hak dan fungsi lahan, namun tetap mempertimbangkan keseimbangan lingkungan patut dipuji. ICRAF juga menekankan pada pengembangkan strategi agroforestri yang lebih baik bagi petani karet, kopi dan sistem tamanan kayu-kayuan. Dalam melaksanakan kegiatannya, ICRAF berhasil membangun kemitraan dengan berbagai lembaga pemerintah, non-pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, serta masyarakat adat.

Apa kekuatan ICRAF dalam menjalankan misinya?
Beberapa di antaranya adalah staff yang berdedikasi, penelitian ilmiah yang berkualitas dan didukung oleh kerjasama dengan pemerintah dan lembaga-lembaga penelitian, serta perhatian dan dukungan dari Dewan Pengarah yang kompeten. ICRAF beruntung memiliki banyak mitra kerja strategis dan terlibat dalam berbagai jejaring keilmuan maupun praktisi. ICRAF juga menjadi anggota konsorsium penelitian global di bidang pertanian CGIAR (Consultative Group for International Agricultural Research) yang bermarkas di kantor pusat Bank Dunia, Washington. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara anggota penyokong CGIAR. Ini semua memungkinkan terciptanya kerjasama di tingkat lokal, regional maupun global guna mempertemukan berbagai kepentingan. Prestasi yang telah teruji, serta keragaman isu dan luasnya cakupan geografis penelitian merupakan potensi besar bagi ICRAF untuk dapat memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan dalam bidang agroforestri dan pengelolaan lahan. Ini akan berguna dalam membantu memberikan jawaban bagi permasalahan pengentasan kemiskinan serta mempromosikan kesejahteraan pedesaan.

Bagaimana ICRAF dapat meningkatkan perannya?
Melalui strategi barunya, ICRAF akan dapat memberikan sumbangan nyata dalam menyelaraskan prioritas dan realitas lokal dan global. Hasil-hasil penelitian mengenai dinamika dan kompleksitas agroforestri dapat menjadi solusi inovatif yang dapat menyeimbangkan kepentingan lokal dan global, juga permasalahan efisiensi (reduksi emisi aktual dalam konteks pemanasan global) dan kesetaraan (pengurangan kemiskinan dan keseimbangan lingkungan), atau antara perspektif ekonomis dan sosial politis. ICRAF perlu lebih mengetengahkan pengetahuan dan penelitian ilmiah untuk memajukan peran agroforestri dalam mengurangi dampak-dampak emisi gas rumah kaca.

Tanggapan mengenai dikotomi penelitian dan pembangunan?
Satu sama lain merupakan bagian yang berkelanjutan. Pengetahuan lokal dan penelitian berbasis ilmiah dapat digunakan sebagai informasi yang mendukung tugas-tugas pembangunan. Oleh karena itu, penelitian hendaklah bersifat responsif terhadap kebutuhan lokal dan global, namun tidak bersifat ekstraktif, yang artinya bahwa penelitian seharusnya dilakukan secara konsultatif dengan masyarakat, lalu hasilnya dapat dimanfaatkan oleh siapapun yang terlibat. ICRAF dikenal sebagai lembaga penelitian, namun hingga saat ini juga terlibat dalam penelitian yang mendukung kegiatan pembangunan. Saya fikir ini merupakan sebuah keseimbangan yang baik.

Tentang kerjasama dengan mitra?
ICRAF harus membangun kemitraan timbal balik dan saling menghargai yang didasari rasa saling mempercayai dan menghormati. Tidak ada satupun organisasi yang mampu melakukan segala hal. Karenanya, penting bagi kita untuk mencari mitra yang dapat melengkapi untuk mewujudkan tujuan bersama. Saya berharap untuk dapat segera bekerja dengan pemerintah untuk penelitian bersama dalam pengelolaan dan pembaharuan agroforestri yang berkelanjutan.

Fase ICRAF selanjutnya?
Melakukan konsolidasi mengenai berbagai pekerjaan yang telah dilakukan, menerjemahkan hasil-hasil penelitian untuk publik dan mendorong komunikasi publik, melanjutkan kerja lintas disiplin dan menfokuskan perhatian pada isu-isu pengentasan kemiskinan, pengelolaan agroforestri, kesetaraan, serta implikasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. ICRAF perlu mengembangkan kepemimpinan interdisipliner baru dalam bidang agroforestri di tingkat regional serta mempromosikan relevansinya di tingkat global sebagaimana telah dinyatakan pada strategi ICRAF yang baru. ICRAF harus melanjutkan usaha mengaitkan pengetahuan dan tindakan, utamanya untuk mengentaskan kemiskinan, dan memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan dalam interaksi pemerintah dan masyarakat di tingkat nasional, regional dan global. Saya berharap ICRAF menjadi tempat untuk mencari informasi dan metodologi agroforestri yang memberikan pemahaman akan interaksi manusia dan ekosistem. Sebuah tempat yang mendukung dan menyuburkan diskusi untuk pencarian solusi intelektual dan praktis dalam bidang agroforesti. Pendek kata, ICRAF haruslah menjadi tempat di mana kita dapat mempertanyakan asumsi-asumsi kita, sekaligus mempertanyakan setiap jawaban yang ada.

CATEGORIES:

Uncategorized

Tags:

Comments are closed

Pencarian

Bagikan