Meraih Mimpi dengan Pembibitan Kopi dan Tanaman Buah-buahan di Pagar Alam

Oleh: Iskak Nugky Ismawan dan Tizen Pahri

Kopi dan buah-buahan, adalah dua komoditi yang cukup dikenal dari Pagar Alam dan merupakan komoditas utama sumber penghidupan masyarakat petani kopi. Tanahnya yang subur, dengan curah hujan yang sesuai, sangat mendukung perkembangan tanaman kopi dan buah-buahan.

Tanaman buah-buahan umumnya ditanam di pekarangan rumah, atau ditanam diantara tanaman kopi sebagai tanaman sela. Petani membeli bibit unggul tanaman buah-buahan dari Lampung atau dengan menitip kepada saudara yang sedang ada urusan di Lampung, ada juga yang memesan bibit dari Bogor, dan Majalengka. Hal ini dilakukan karena petani belum cukup terampil dalam membuat bibit unggul sendiri untuk tanaman buah-buahan.

Walaupun mereka sudah cukup menguasai teknik perbanyakan vegetatif seperti sambung pucuk tanaman kopi, akan tetapi mereka belum banyak mengetahui dan mencoba cara perbanyakan vegetatif pada tanaman buah-buahan. Informasi tentang teknik perbanyakan vegetatif diperoleh melalui laman youtube saja, namun untuk kegiatan praktek sama sekali belum pernah dilakukan.

Pelatihan Perbanyakan vegetatif, Februari 2020
(Foto: World Agroforestry/Iskak Nugky Ismawan)

Dalam tiga tahun terakhir, Proyek Empower melakukan kegiatan di Pagar Alam untuk memberikan pelatihan tentang agroforestri kopi. Salah satu kegiatannya adalah mengadakan pelatihan perbanyakan vegetatif tanaman buah-buahan yang diselenggarakan pada bulan Februari 2020 di Dempo Tengah dan Dempo Utara. Pelatihan diikuti oleh petani muda berumur 20 tahun hingga petani tua berumur 60 tahun. Total peserta pelatihan adalah 58 orang (2 orang perempuan) di Dempo Utara dan 46 orang (7 orang perempuan) di Dempo Tengah. Mereka mengikuti pelatihan dengan antusiasme yang tinggi, terlihat dari respon positifnya dengan mencoba mempraktekan secara langsung setelah mendapatkan pelatihan.

Dari hasil pelatihan tersebut, beberapa petani sudah mulai terampil dalam membuat bibit unggul dengan perbanyakan vegetatif. Hingga Juni 2020, sudah ada sekitar 18 pembibitan tanaman buah-buahan yang terbangun di dua kecamatan. Jenis pembibitan yang dibangun adalah kopi, jeruk, durian, mangga, alpukat, petai, sirsak, jambu kristal dan cengkeh.

Setelah mendapatkan pelatihan mengenai perbanyakan vegetatif, petani-petani di Pagar Alam mulai tertarik untuk mempraktikkan konsep agroforestri dengan menambah jenis tanaman selain kopi di kebunnya, dengan harapan tanaman tersebut dapat menjadi tambahan penghasilan keluarga. Jenis tanaman yang diminati adalah tanaman buah-buahan seperti durian, alpukat, petai, jengkol, dan jambu kristal; tanaman kayu-kayuan yaitu sengon; tanaman perkebunan yaitu kayu manis. Bahkan jenis-jenis tanaman buah-buahan yang ditanam di dalam agroforestri kopi adalah hasil perbanyakan vegetatif yang mereka buat setelah mendapat pelatihan.

Dalam membangun pembibitan tersebut, petani melakukan pengadaan biji secara mandiri dengan mengambil biji sapuan, dan ada juga yang membeli biji dari kedai penjual buah yang ada di sekitar Pagar Alam. Sementara, untuk material pembibitan yang lain seperti polybag, waring dan plastic UV difasilitasi oleh proyek Empower. Konstruksi bambu untuk kerangka pembibitan disediakan oleh petani secara swadaya.

Pembibitan berkembang dengan baik, dan saat ini sudah mulai ada yang mengarah ke bisnis bibit tanaman buahbuahan. Kisah-kisah sukses mengenai usaha pembibitan sudah bisa ditemukan di kedua kecamatan ini, yaitu Dempo Utara dan Dempo Tengah.

Kisah Sukses dari Dempo Utara
Tizen Pahri, 31 tahun, adalah salah satu petani binaan Proyek Empower di Desa Muara Siban, Kecamatan Dempo Utara. Pak Tizen mulai menjual bibit tanaman buah-buahan setelah mendapatkan pelatihan tentang teknik pembibitan serta perbanyakan vegetatif pada tanaman buah-buahan. Saat ini beliau mempunyai sekitar 1000 bibit tanaman buah jenis durian, alpukat, dan jambu biji, dengan sekitar 70% bibit tanamannya sudah disambung pucuk. Sumber batang atas atau entres didatangkan dari Lampung dan sekitarnya, seperti tanaman durian jenis Musangking, Monthong, Oche, Bawor dan Lai, serta untuk tanaman alpukat jenis Aligator, Miki dan Kendil.

Bibit-bibit durian yang dihasilkan tersebut dijual pada kondisi siap tanam setinggi 30 cm dengan harga Rp50.000, setinggi 60 cm seharga Rp100.000, dan setinggi 1 m dengan harga Rp150.000. Bibit alpukat dijual dengan harga Rp40.000 per batang. Tanaman buah tersebut sebagian ditanam untuk dijadikan pohon induk dan sisanya dijual ke petani di wilayahnya.

Sebelum mengikuti pelatihan, Pak Tizen pernah belajar mengenai pembibitan dan perbanyakan vegetatif dari laman Youtube, tetapi belum berani untuk mencoba. Setelah bergabung dengan Empower banyak hal yang dipelajarinya termasuk membuat pembibitan dan perbanyakan vegetatif. Terkait dengan ilmu dan bimbingan yang diperoleh dari Empower, Pak Tizen mengatakan, “mengetahui cara menghasilkan bibit unggul dengan menyambung, seperti menyalurkan hobi saya terhadap tanaman. Saya dapat melakukan perbanyakan vegetatif sambung pucuk dan okulasi. Saat ini saya menjadi tempat bertanya tentang teknik sambung pucuk, okulasi, cangkok dan mengenal berbagai varietas tanaman buah-buahan. Hal yang terpenting, pembibitan yang saya bangun saat ini telah menjadi ladang bisnis untuk saya. Mudah-mudahan kedepannya saya bisa jadi juragan bibit tanaman buah, bisa membuat pusat pelatihan dan menjadi rujukan petani lainnya yang memerlukan tanaman buah-buahan”.

Pak Tizen mempunyai strategi khusus untuk mencapai harapannya, yaitu dengan produksi bibit setiap tahun secara kontinyu, dan memperluas promosi jaringan pemasaran bibit misalnya dengan bergabung dalam komunitas di sosial media. Harapan lain dari Pak Tizen adalah dengan adanya pengembangan pembibitan di Pagar Alam, semoga slogan Anjam Tani yang artinya adalah gemar bertani atau suka bertani bisa tetap menyemangati petani Pagar Alam untuk selalu produktif.

Kisah Sukses dari Dempo Tengah
Selain Pak Tizen yang sudah mendulang kesuksesan dari kegiatan pembibitan setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Proyek Empower, adalah Pak Zairin, 42 tahun, dari Dusun Jangga, Kelurahan Padang Temu, Kecamatan Dempo Tengah, yang saat ini tengah mengembangkan bibit tanaman buah dan kayu untuk tujuan penjualan skala besar. Setelah mendapat pelatihan pembibitan di tahun 2018 dan pelatihan perbanyakan vegetatif pada Februari 2020, Pak Zairin mulai merintis bisnis pembibitan dengan menjalin hubungan dengan pasar bibit di pemerintahan.

Pada tahun 2020 ini, Pak Zairin dan anggotanya berkesempatan bekerjasama untuk pengadaan bibit dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Empat Lawang. Bibit yang dipesan adalah bibit durian sebanyak 1.700 batang dengan harga Rp7.500 per batang, bibit jengkol 1.000 batang dengan harga Rp7.000, bibit nangka 500 batang dengan harga Rp7.000 per batang dan bibit kayu Bambang sebanyak 2.500 batang dengan harga Rp7.000 per batang.

Bibit-bibit tersebut oleh DLH Empat Lawang akan ditanam di lahan adat dan hutan lindung. Apabila bibit yang dibeli oleh DLH Empat Lawang dari Pak Zairin ini tumbuh dan berkembang dengan baik setelah tanam, maka kerjasama pengadaan bibit akan berlangsung setiap tahunnya. Pak Zairin dan anggotanya mendapatkan kerja sama diawali dengan promosi di Facebook dan didukung oleh jaringan pertemanan Pak Zairin di Kabupaten Empat Lawang. Banyaknya bibit yang dipesan oleh DLH tersebut mendorong anggota kelompok tani pembibitannya bekerjasama untuk memenuhi pesanan, dan berharap akan dapat memperoleh pesanan bibit yang lebih banyak lagi, pada tahun-tahun berikutnya.

Potensi pengembangan pembibitan di Pagar Alam
Dua kisah di atas menunjukkan adanya potensi bisnis pembibitan di Pagar Alam cukup besar. Pengembangan bisnis pembibitan seperti yang sudah dilakukan oleh Pak Tizen dan Pak Zairin dapat menjadi sumber penghasilan tambahan untuk keluarga petani kopi Pagar Alam, selain dari berkebun kopi.

Dukungan dari pemerintah daerah dan swasta diperlukan terutama untuk Penyediaan Pohon Induk Tunggal (PIT) yang bersertifikat dari Balai Pengawasana Sertifikasi Benih Provinsi Sumatera Selatan, sertifikasi pohon Induk lokal Pagar Alam oleh BPSB Sumsel dan Pemerintah Kota yang nantinya dapat menjadi unggulan khas Pagar Alam. Proses pengajuan sertifikasi kompetensi kelompok tani penangkar, eksplorasi pohon induk unggulan Pagar Alam dengan mengadakan kontes buah lokal di Pagar Alam sebagai wadah dan ajang untuk mengenalkan potensi buah unggulan lokal setempat, dan pelibatan para pembibit dalam proyek pengadaan bibit atau penghijauan di Pagar Alam yang didampingi oleh penyuluh pertanian maupun kehutanan. Dengan dukungan tersebut, harapannya akan ada banyak petani di Pagar Alam yang meraih mimpinya melalui pembibitan.

CATEGORIES:

Uncategorized

Comments are closed

Pencarian

Bagikan