Menggali kekayaan pangan lokal Indonesia

Menggali kekayaan
pangan lokal Indonesia


Di Nusa Tenggara Timur, ada olahan pangan yang dibuat dari buah labu kuning atau labu lilin yang dicampur dengan garam lalu dibakar. Namanya Bok Tunu (Bok=Boko: Labu Kuning dan Tunu=Bakar). Informasi tentang olahan pangan lokal ini sulit ditemukan di mesin-mesin pencari seperti Google namun ia terdokumentasi di WikiPangan.id.

Bok Tunu hanyalah satu dari sekian banyak olahan pangan lokal yang tidak diketahui banyak orang karena informasi tentangnya lebih sering tersebar melalui budaya bertutur, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kelemahan dari metode bertutur seperti ini adalah informasi sering kali tidak terdokumentasikan dengan baik sehingga rawan hilang dan terlupakan.

Komunitas WikiPangan adalah salah satu komunitas pertama di Indonesia yang berupaya mendokumentasikan kekayaan pangan lokal secara partisipatif. Komunitas yang baru terbentuk di tiga provinsi ini – Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan – secara bersama dan sukarela mengumpulkan berbagai pengetahuan tentang pangan lokal untuk disebarluaskan ke semua pihak.

Proses dokumentasi dilakukan melalui diskusi dan penulisan artikel pada platform WikiPangan. id, sebuah ensiklopedi digital yang berisi berbagai pengetahuan tentang pangan lokal, yang mencakup jenis bahan pangan, olahannya, budaya, foto, resep/cara pembuatan dan informasi gizinya.

Upaya dokumentasi yang dilakukan oleh WikiPangan tidak hanya bermaksud menjaga pengetahuan budaya, tapi juga mewujudkan ketahanan iklim. Kegiatan ini diinisiasi oleh CIFOR-ICRAF Indonesia dalam riset-aksi Land4Lives, dengan dukungan dari Global Affairs Canada, yang bertujuan meningkatkan ketahanan iklim masyarakat rentan, khususnya perempuan dan anak perempuan.

Dalam menghadapi perubahan iklim, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah adaptasi/penyesuaian. Saat bencana iklim terjadi, salah satu fungsi yang terganggu adalah pasokan terhadap pangan. Untuk menghadapi keadaan tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah membangun ketahanan pangan, khususnya pangan lokal. Pangan lokal dapat menjadi solusi karena pangan lokal telah beradaptasi dengan cuaca dan kondisi iklim setempat sehingga lebih tahan terhadap iklim, mudah diakses sehingga lebih segar karena jarak pengiriman singkat, cenderung lebih murah dan beragam.

Jetriyanus Nino, praktisi pangan asal NTT sekaligus anggota tim Riset Pangan Lokal Yayasan Mentari Menerangi Indonesia menegaskan, ”Kehadiran WikiPangan bagai menemukan ruang temu yang dirindukan. WikiPangan membuka jalan bagi siapa pun untuk berbagi dan belajar tentang kekayaan pangan lokal. Banyak pengetahuan dan praktik baik yang selama ini hanya hidup dari mulut ke mulut, kini punya tempat untuk ditulis, dibagikan, dan diabadikan, sehingga menjadi warisan bagi generasi penerus. Semangat gotong royong dalam mengisi WikiPangan, bagai merawat akar penting: kedaulatan pangan, identitas budaya, dan ketahanan iklim.” Melalui pengumpulan informasi yang partisipatif, dalam waktu kurang dari satu tahun, 170 kontributor Komunitas WikiPangan telah berhasil menghimpun lebih dari 200 pengetahuan tentang pangan lokal di tiga provinsi. Yang menarik, beberapa informasi tentang bahan dan olahan pangan yang didokumentasikan oleh WikiPangan sulit ditemukan oleh mesin-mesin pencari di internet.

Bagaimanapun, jumlah artikel tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh CIFOR-ICRAF Indonesia tahun 2023 di 36 desa pada 3 provinsi. Tercatat 155 jenis bahan pangan yang dikonsumsi di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT; 158 jenis di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan; 186 jenis di Kabupaten Banyuasin, dan 189 jenis di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Data tersebut baru dari 36 desa, sehingga bisa dibayangkan sekaya apa potensi pangan lokal yang ada di Indonesia.

Selain melalui penghimpunan informasi secara partisipatif dalam bentuk artikel, komunitas WikiPangan juga melakukan kampanye pengenalan pangan lokal melalui media sosial dan kampanye luring. Komunitas bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi dan melaksanakan berbagai kegiatan kreatif yang menyasar masyakat luas. Beberapa contoh kegiatan diantaranya; Bincang Pangan, Jappa-Jappa ri Pasara, Sambang Raso, Akademi Pangan, dan berbagai kompetisi.

Melalui platform dan berbagai kegiatan tersebut, diharapkan pengetahuan tentang pangan lokal tetap terpelihara dengan baik, sehingga dapat diketahui, dimanfaatkan dan dilestarikan oleh generasi muda untuk mendukung pilar ketahanan pangan tentang ketersediaan dan pemanfaatan.

Balgies Devi Fortuna berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

CATEGORIES:

Artikel

Comments are closed