Memulihkan sungai lewat ekonomi hijau, mencari jalan keluar dari dilema lama

Memulihkan sungai lewat ekonomi hijau,

Mencari jalan keluar dari dilema lama


Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bentang lahan yang punya peran penting dalam pertumbuhan ekonomi hijau. Selain sebagai penunjang kehidupan sehari-hari dengan menyediakan berbagai jasa lingkungan seperti air bersih, keanekaragaman hayati, lahan yang subur, dan sumber pangan, DAS juga mendukung aktivitas ekonomi di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Namun, banyak DAS di Indonesia dalam keadaan kritis – ada 108, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, dengan luas total sekitar 14 juta hektare.

Salah satu DAS yang sedang dalam keadaan kritis adalah Bila Walanae, DAS terbesar di Sulawesi Selatan dengan luas 744.896 Ha – mencakup delapan kabupaten dan dihuni oleh kurang lebih 2,4 juta jiwa. Menurut dokumen Rencana Pengelolaan DAS Terpadu Bila Walanae tahun 2025–2040 yang diterbitkan oleh Pemprov Sulawesi Selatan pada 2025, DAS ini mengalami penurunan kapasitas penyangga, ditandai dengan peningkatan luas lahan kritis (22% dari luas DAS) dan frekuensi bencana hidrometeorologi.

Selain itu, erosi di DAS Bila Walanae disebut sudah melebihi batas toleransi. Sedimentasi di Danau Tempe mencapai 15–20 cm per tahun, dan banjir-kekeringan datang silih berganti. Di musim kemarau, petani kesulitan air; di musim hujan, lahan terendam dan hasil panen merugi. Secara ekonomi, situasi ini memberi tekanan pada pendapatan rumah tangga di tingkat tapak dan pada akhirnya memengaruhi pertumbuhan ekonomi provinsi.

Green Growth Plan Sulawesi Selatan

Syukurlah Sulawesi Selatan kini sedang menapaki jalur baru pembangunan melalui Rencana Pertumbuhan Ekonomi Hijau (Green Growth Plan/GGP), sebuah visi yang memadukan pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu jembatan penting untuk mewujudkan GGP ialah perlindungan dan pengelolaan DAS — ruang hidup yang menghubungkan hulu dan hilir, desa dan kota, bahkan lokal dan regional.

DAS memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi hijau di Sulawesi Selatan karena menjadi penghubung langsung antara keberlanjutan ekosistem dan produktivitas sektor berbasis lahan, yang merupakan tulang punggung ekonomi daerah. DAS ini tidak hanya merupakan bentang alam, tapi juga “urat nadi” pangan dan penghidupan di Sulawesi Selatan. Di sinilah GGP menemukan relevansinya: membangun ekonomi tanpa mengorbankan alam, tapi justru memulihkannya.


“Pemulihan DAS Bila Walanae merupakan langkah yang tepat untuk membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi hijau bukan sekadar jargon, melainkan jalan keluar dari dilema lama: memilih antara ekonomi atau lingkungan.”


GGP Sulawesi Selatan, khususnya Strategi 6: Pengelolaan dan Restorasi DAS, menjabarkan upaya pemulihan DAS melalui agroforestri, konservasi air, dan perlindungan kualitas lingkungan. Pemodelan menunjukkan bahwa skenario GGP mampu menurunkan akumulasi erosi hingga 17% dibandingkan Business as Usual, sambil menjaga produktivitas lahan. Lebih jauh lagi, perbaikan rantai nilai (GGP-3) diproyeksikan menaikkan PDRB 4,6% dan serapan tenaga kerja hampir 30% pada 2050. Artinya, memulihkan DAS bukan sekadar urusan lingkungan, melainkan investasi ekonomi yang nyata.

Keluar dari dilema lama

Pemulihan DAS Bila Walanae merupakan langkah yang tepat untuk membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi hijau bukan jargon, melainkan jalan keluar dari dilema lama: memilih antara ekonomi atau lingkungan. Untuk itu, semua pihak punya andil dalam memastikan upaya ini berhasil.

Di tingkat tapak, petani, nelayan, dan masyarakat lokal harus menjadi garda terdepan melalui penerapan praktik ramah lingkungan yang memberi nilai tambah pada hasil mereka. Di tingkat bentang lahan, pemerintah daerah perlu mendorong agroforestri melalui insentif bagi petani, seperti bibit gratis atau akses pasar untuk produk ramah lingkungan. Di level provinsi, kebijakan dan investasi dapat diarahkan untuk memperkuat konektivitas, memperbaiki rantai nilai, dan memastikan setiap hektar lahan bekerja optimal tanpa merusak ekosistem.

Melalui kerangka dan skenario GGP, kita semua — pemerintah, swasta, komunitas, hingga pembaca majalah ini — dapat berperan dalam mewujudkan peningkatan penghidupan yang selaras dengan pemulihan ekosistem. Kita bisa mulai dengan hal sederhana: menanam pohon di bantaran sungai, mendukung produk berkelanjutan, atau menyuarakan pentingnya kebijakan berbasis ekologi. Sebab, ketika DAS pulih, ekonomi pun mengalir.

Untuk informasi lebih lanjut tentang GGP Sulawesi Selatan, kunjungi laman di bawah
agroforestri.id/ggpsulsel

Erni berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

CATEGORIES:

Artikel

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *